KOSMOLOGI BATAK (I):
SANG MAHA PENCIPTA SEMESTA ALAM BESERTA ISINYA
Kosmologi
--menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia--, yakni ilmu yang menyelidiki
asal-usul, struktur dan hubungan ruang-waktu dari alam semesta; dan
juga ilmu (cabang dari metafisika) yang menyelidiki alam semesta sebagai
sistem yang beraturan.
Pemahaman suku Batak kuno mengenai semesta bahwa: alam semesta merupakan suatu system yang berhubungan satu sama lain; tidak terjadi begitu saja melalui suatu proses; tetapi karena daya kreasi yang luar biasa dari yang tidak ada menjadi ada oleh suatu kekuasaan yang melebihi apa pun yang ada di semesta.
Pemahaman suku Batak kuno mengenai semesta bahwa: alam semesta merupakan suatu system yang berhubungan satu sama lain; tidak terjadi begitu saja melalui suatu proses; tetapi karena daya kreasi yang luar biasa dari yang tidak ada menjadi ada oleh suatu kekuasaan yang melebihi apa pun yang ada di semesta.
Sang Maha Pencipta semesta alam beserta segala isinya menurut kepercayaan Batak Kuno adalah Ompu Mulajadi Na Bolon (Sang Maha Pencipta yang Akbar) yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa.
Etimologinya:
- Ompu = Mpu, panggilan hormat terhadap yang lebih tinggi (tertinggi) status dan kedudukannya.
- Mula = mula, awal, pertama,
- Jadi = cipta, menciptakan, menjadikan
- Na = yang
- Bolon = maha, besar, akbar.
Pemahaman atau kepercayaan ini tidak serta merta atau timbul begitu saja atau bersumber dari pengetahuan (parbinotoan) manusia, pemujaan terhadap roh (hasipelebeguon), hadatuon (perdukunan), kesurupan (siar-siaran) atau kisah turun temurun (turi-turian) melainkan melalui wahyu atau istilah Batak Kuno adalah “Tondi na Badia” (Roh yang Kudus) dari Ompu Mulajadi Na Bolon kepada Si Raja Batak.
Wahyu inilah sebagai sumber yang “manuturi (mengilhami, menasihati, memandu), marmeme (menuntun, mengarahkan), marorot (mengawasi, menjaga)” untuk nilai-nilai dasar religi, budaya dan tata masyarakat Batak sebelum masuknya ajaran agama ke Tanah Batak tahun 1820-1850-an.
KOSMOLOGI BATAK (II):
TIGA RUANG KOSMOS (BANUA NA TOLU)
Menurut kepercayaan Suku Batak, alam semesta terbagi atas tiga ruang kosmos, yaitu
- Banua Ginjang (Dunia Atas),
- Banua Tonga (Dunia Tengah), dan
- Banua Toru (Dunia Bawah).
Ketiga Banua ini disebut Banua Na Tolu. Banua Ginjang, terdiri dari 7 (tujuh) tingkatan langit (langit si pitu lampis), dan tempat paling tinggi dari yang tertinggi (di ginjang ni ginjangan) sebagai tempat ilahi (surga) kedudukan Ompu Mulajadi Na Bolon. Banua Tonga, sebagai bumi, tempat manusia dan segala makhluk berinteraksi dengan lingkungan alamnya dalam melaksanakan kehidupan, dan Banua Toru tempat Raja Padoha atau Naga Padoha dan para begu, yakni arwah orang yang telah meninggal.
Ketiga banua tersebut saling terkait satu sama lain, Banua Ginjang mengendalikan kehidupan di Banua Tonga dan Banua Toru.
KOSMOLOGI BATAK (III):
HARIARA SUNDUNG DI LANGIT
Hariara Tungkot Harajaon Sisingamangaraja di Huta Sinambela, Negeri Bakara (Foto, 2006) |
Kesatuan ketiga kosmos (banua na tolu) dilambangkan dengan pohon Hariara Sundung di Langit atau Hariara Jambu Barus atau Baringin Tumbur Jati atau Baringin Tumbur Tua. Pohon ini berada di lingkungan ketiga banua, dedaunan serta pucuknya berada di Banua Ginjang batang dan cabang-cabangnya di Banua Tonga, dan akarnya menembus Banua Toru.
Hariara Sundung di Langit mempunyai cabang delapan yang mengarah ke delapan penjuru mata angin. Kedelapan arah mata angin (Desa na Ualu) yaitu Timur (Purba/Habinsaran), Tenggara (Anggoni), Selatan (Dangsina), Barat Daya (Nariti), Barat (Pastima/ Hasundutan),
Barat Laut (Manabia), Utara (Otara), Timur Laut (Irisanna).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar